KODE MODUL: MBA
006
Atresia Esofagus adalahsuatu kelainan kongenital
berupa diskontituitas lumen esophagus,dan biasanya disertai fistula antara
trakea dan esophagus.Kelaian ini disebabkan oleh kegagalan pemisahan septum
trakeoesofageal pada minggu keempat kehidupan embrio. Kejadian ini ditemui
sekitar 1:3500-1:4500 populasi. Pada pemeriksaan antenatal, sekitar 90% ibu
dengan kelainan ini mengalami polihidramnion, dan setengah dari penderita
dengan kelainan atresia esophagus juga mengalami kelainan congenital yang lain.
B.
Waktu
(1)
Tingkat pengayaan dimulai dari semester 1 sampai 4.
(2)
Kegiatan magang diprogram dari semester 5 sampai 7.
(3)
Kegiatan mandiri dimulaidari awal
semester 8 sampai akhir masa pendidikan.
Jenis Penyakit
|
ICD 10
|
Tahap I
|
Tahap II
|
Jumlah kasus minimum
|
|||||||||
PBD
(3bl)
|
Sem 1
|
Sem 2
|
Sem 3
|
Sem
4
|
Sem 5
|
Sem 6
|
Sem 7
|
Sem
8
|
Sem 9
|
G
|
M
|
||
Atresia
esofagus
|
Q39
|
K6
|
K6
|
K6
|
K6
|
K6
|
P5.A3
|
P5.A3
|
P5.A3
|
P5.A5
|
P5.A5
|
2
|
2
|
Kompetensi
yang harus dikuasai dalam setiap tahap ditandai dengan warna, warna merah
adalah tingkat pengayaan dan pengusaan materi (K6), warna kuning adalah
tingkat magang dan pengusaan psikomotor dan attitude (P2A3); sedangkan warna
hijau adalah tingat mandiri dan pengusaan psikomotor dan attitude
(P5A5). G : Kegiatan magang M : Operasi mandiri
|
C.
Tujuan
1.
Tujuan Umum
Setelah menyelesaikan
modul ini peserta didik memahami dan mengerti tentang embriologi,
anatomi dan topografi daerah
esophagus, patogenesis Atresia asofagus, mampu
menegakkan diagnosis, melakukan persiapan pra operatif, melakukan tindakan operasi Reseksi anastomosis
esophagus, gastrostomi, esofagostomi, serta perawatan pasca operasi.
2.
Tujuan Khusus
1. Mampu menjelaskan
embriologi, anatomidan topografi
daerah esophagus
2. Mampu
menjelaskan patologi dan patogenesis
atresia esofagus
3.
Mampu menjelaskan gejala dan tanda klinis untuk diagnosis atresia esofagus
4. Mampu
menjelaskan komplikasi atresia
esofagus
5.
Mampu
menjelaskan
penanganan dan indikasi operasi reseksi anastomosis esophagus,
gastrostomi dan esofagostomi.
6.
Mampu melakukan tindakan operasi pada atresia esofagus
7. Mampu melakukan perawatan perioperatif dan mengatasi
komplikasinya
D.
Strategi dan Metoda Pembelajaran
1. Pengajaran
dan kuliah pengantar
|
50 menit
|
2. Tinjauan
Pustaka
✴
Presentasi teori atresia asofagus
✴
Presentasi kasus atresia asofagus
|
1 kali, telaah
kepustakaan
1 kali
|
3. Diskusi
Kelompok
|
2 x 50 menit,
diskusi kasus menyangkut diagnosis, teknik operasi, penyulit, dsb
|
4. Bed side
teaching
|
2x ronde
|
5. Bimbingan
Operasi
✴
Operasi magang
✴
Operasi mandiri
|
Minimal 2
kasus
Minimal 2
kasus
|
E.
Kompetensi
Jenis
Kompetensi
|
Tingkat
Kompetensi
|
|||
a
|
Mampu
menjelaskan embriologi, anatomidan topografi daerah esophagus
|
K6
|
|
|
b
|
Mampu menjelaskan patologi dan patogenesis atresia esofagus
|
K6
|
|
|
c
|
Mampu
menjelaskan gejala dan tanda klinis untuk diagnosis atresia esofagus
|
K6
|
P2
|
A3
|
d
|
Mampu
menjelaskan komplikasi atresia esofagus
|
K6
|
P2
|
A3
|
e
|
Mampu menjelaskan penanganan dan indikasi
operasi reseksi anastomosis esophagus,
gastrostomi dan esofagostomi.
|
K6
|
P2
|
A3
|
f
|
Mampu melakukan tindakan operasi pada atresia esofagus
|
K6
|
P5
|
A5
|
g
|
Mampu melakukan perawatan perioperatif dan mengatasi
komplikasinya
|
K6
|
P5
|
A5
|
F.
Persiapan Sesi
(1)
Materi kuliah pengantar berupa kisi-kisi materi yang harus
dipelajari dalam mencapai kompetensi, mencakup
a. Embriologi,
anatomidan topografi daerah
esophagus
b. Patologi dan patogenesis
atresia esofagus
c.
Gejala, tanda klinis, dan imaging untuk menegakkan diagnosis atresia esofagus
d. Komplikasi
atresia esofagus
e.
Penanganan dan indikasi
operasi reseksi anastomosis esophagus, gastrostomi
dan esofagostomi.
f.
Mampu melakukan tindakan operasi pada atresia esofagus
g. Perawatan perioperatif dan mengatasi
komplikasinya
(2)
Audio-visual teknik operasi
(3)
Presentasi teknik operasi
G.
Referensi
1.
Grosfeld JL, O’Neill JA, Fonkalsrud EW, Coran AG. dalam
Pediatric Surgery. 6th ed. 2006. pg 1179-1182
2.
O’Neill JA, Grosfeld JL, Fonkalsrud EW, Coran AG,
Caldamore AA dalam Principles of Pediatric Surgery. 2nd ed. pg
437-450
3.
Ashcraft, Holcomb KW, Murphy GW, Patrick J. dalam
Pediatric Sugery. 4th ed. 2005. pg 697-706
4.
P. Puri, M. Holwarth. Pediatric Surgery. 2006. pg 139-152
5.
Ziegler
MM, Azizkhan RG, Weber TR. Operative Pediatric Surgery. McGraw-Hill. 2003. p.
543-554
H.
Gambaran Umum
Atresia
Esofagus adalahsuatu kelainan kongenital berupa kelainan kontituitas lumen
esophagus,dan biasanya disertai fistula antar trakea ke esophagus.Insidensi terjadinya
atresia esofagus 1: 3500 sampai 1: 4500 kelahiran, laki – laki lebih dominan.Kelaian
ini disebabkan oleh kegagalan pemisahan septum trakeoesofageal pada minggu
keempat kehidupan embrio. Kejadian ini ditemui sekitar 1:3500-1:4500 populasi.
Pada pemeriksaan antenatal, sekitar 90% ibu dengan kelainan ini mengalami
polihidramnion, dan setengah dari penderita dengan kelainan atresia esophagus
juga mengalami kelainan congenital yang lain.
Terdapat lima tipe dari atresia esophagus, yaitu :
1. Atresia esofagus dengan trakeoesofageal fistel distal
(86%)
2. Atresia esofagus tanpa fistel (6%)
3. Atresia esofagus dengan trakeoesofageal fistel
proksimal (2%)
4. Atresia esofagus dengan trakeoesofageal fistel proksimal
dan distal (1%)
5. Kongenital trakeoesofageal fistel tipe “H” atau “N”
tanpa atresia esofagus(6%)
I II III IV V
Dari anemnesis dapat ditemui keadaan
bayi yang mengeluarkan air ludah berbusa-busa terus menerus dan ibu dengan
riwayat air ketuban berlebih. Pada pemeriksaan fisik dapat diteui keadaan
hipersalivasi dan selang nasogastrik hanya masuk sekitar 10 cm, Pada pemeriksaan
foto polos perut dapat dijumpai selang NGT yang coiling atau melengkung pada
esofagus.
Pengelolaan awal dilakukan dengan
gastrostomi dekompresi dan ligasi fistula. Kemudian dilakukan anostomosis
esofagus sebagai terapi definitif.
I.
Contoh Kasus
Seorang anak laki-laki, usia 2 hari, dibawa oleh
orang tuanya dengan keluhan hipersalivasi dan sianosis. Setelah dimasukkan NGT
no 8F, NGT tidak dapat mausk seleuruhnya.Pada foto thorax didapatkan NGT
melengkung di derah V. Thoracal IV, pada foto BNO didapatkan gambaran udara di
abdomen.
Pertanyaan:
1.
Apa kemungkinan
diagnosis pada pasien ini?
2.
Bagaimana
penataksanaan pada pasien ini?
J.
Rangkuman
Atresia
Esofagus adalahsuatu kelainan kongenital berupa kelainan kontituitas lumen
esophagus,dan biasanya disertai fistula antar trakea ke esophagus.Insidensi
terjadinya atresia esofagus 1: 3500 sampai 1: 4500 kelahiran, laki – laki lebih
dominan.Kelaian ini disebabkan oleh kegagalan pemisahan septum trakeoesofageal
pada minggu keempat kehidupan embrio. Kejadian ini ditemui sekitar
1:3500-1:4500 populasi. Pada pemeriksaan antenatal, sekitar 90% ibu dengan
kelainan ini mengalami polihidramnion, dan setengah dari penderita dengan
kelainan atresia esophagus juga mengalami kelainan congenital yang lain.
Terdapat lima tipe dari atresia esophagus, yaitu :
1. Atresia esofagus dengan trakeoesofageal fistel distal
(86%)
2. Atresia esofagus tanpa fistel (6%)
3. Atresia esofagus dengan trakeoesofageal fistel
proksimal (2%)
4. Atresia esofagus dengan trakeoesofageal fistel
proksimal dan distal (1%)
5. Kongenital trakeoesofageal fistel tipe “H” atau “N”
tanpa atresia esofagus(6%)
I II III IV V
Dari anemnesis
dapat ditemui keadaan bayi yang mengeluarkan air ludah berbusa-busa terus
menerus dan ibu dengan riwayat air ketuban berlebih. Pada pemeriksaan fisik
dapat diteui keadaan hipersalivasi dan selang nasogastrik hanya masuk sekitar
10 cm, Pada pemeriksaan foto polos perut dapat dijumpai selang NGT yang coiling
atau melengkung pada esofagus.
Pengelolaan
awal dilakukan dengan gastrostomi dekompresi dan ligasi fistula. Kemudian
dilakukan anostomosis esofagus sebagai terapi definitif.
K.
Evaluasi
Tujuan Pembelajaran
|
Metode Penilaian
|
Mampu
menjelaskan embriologi, anatomidan topografi daerah esophagus
|
Ujian lisan dan tulis
|
Mampu menjelaskan patologi dan patogenesis Atresia asofagus
|
Ujian lisan dan tulis
|
Mampu menjelaskan gejala dan tanda klinis untuk diagnosis
Atresia asofagus
|
Ujian lisan dan tulis
|
Mampu membuat diagnosis Reseksi
anastomosis esophagus, gastrostomi, esofagostomi
|
Ujian lisan dan tulis
dan diskusi
|
Mampu menjelaskan komplikasi Atresia asofagus
|
Ujian lisan dan tulis
dan diskusi
|
Mampu menjelaskan penanganan danindikasi operasi Atresia asofagus
|
Pengamatan, penilaian kompetensi,
diskusi, dan penilaian buku log
|
Mampu melakukan tindakan operasi padaAtresia
asofagus
|
Pengamatan, penilaian kompetensi,
diskusi, dan penilaian buku log
|
Mampu melakukan perawatan perioperatif dan mengatasi komplikasinya
|
Pengamatan, penilaian kompetensi,
diskusi, dan penilaian buku log
|
L.
Instrumen Penilaian
1.
Ujian Pretest
Ujian ini dilaksanakan
pada awal stase dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang mengacu pada
pengetahuan esensial yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan tindakan atau
prosedur yang diperlukan dan berperilaku sesuai dengan baku penatalaksanaan operasi.
2.
Ujian Post test
Ujian ini dilakukan pada
akhir stase sebelum peserta didik pindah ke sub bagian lain. Materi ujian merupakan pengembangan dari
ujian pretest dengan tingkat kesulitan yang lebih tinggi. Hasilnya dibandingkan dengan hasil pretest untuk
melihat kemampuan daya tangkap peserta didik terhadap materi modul yang
diajarkan dalam waktu 3 bulan ini.
Setelah ujian post test, dilakukan diskusi antara pengajar dan peserta
didik, untuk membahas hasil ujian dan berdiskusi lebih lanjut tentang kekurangan
dari peserta didik dari hasil ujian tulis.
3. Buku
Log
Buku log merupakan buku yang mencatat
semua aktivitas dari peserta didik, untuk menilai secara objektif kompetensi
yang didapat dari peserta didik. Buku
log berisi daftar kasus yang diamati, sebagai asisten ataupun yang dilakukan
secara mandiri yang telah ditandatangai oleh pembimbing. Masalah yang dijumpai
pada kasus yang ada juga dicatat dalam buku log. Selain itu buku log juga
berisi kegiatan ilmiah yang dilakukan selama pendidikan.
M.
Materi Baku
1.
Menegakkan diagnosis
a. Riwayat: hipersalivasi,
riwayat ibu polihidramnion
b.
Pemeriksaan fisik: hipersalivasi,
sianotik, dengan memasukkan NGT à NGT
tidak dapat masuk
c.
Pemriksaan penunjang :
·
Darah rutin dan AGD
·
Ro thorax à NGT yang melengkung di daerah atresia
·
BNO
2.
Pengelolaan Penderita :
a.
Persiapan operasi
1.
Inform Consent
2.
Puasa dilakukan 4 jam sebelum pembedahaan
3.
Pasang infus, beri cairan standard N4 dengan tetesan sesuai
kebutuhan.
4.
Antibiotik prabedah diberikan secara rutin.
b.
Tehnik Operasi
Gastrostomi
Dilakukan narkose umum dengan intubasi endotrakeal. Pasien diletakkan dalam posisi supine. Desinfeksi lapangan pembedahan dengan
larutan antiseptik, kemudian ditutup dengan kain steril kecuali lapangan
operasi. Dilakukan insisi 1 cm dibawah processus xypoideus secara vertikal
hingga menembus peritoneum. Dilakukan identifikasi gaster. Dilakukan penjahitan
secara purse string dengan benang non absorbable pada dinding gaster, lalu
dilakukan insisi ditengah purse string tersebut. Masukkan silicon Cateter no 16F melalui perut kiri atas yang terlebih
dahulu dilakukan insisi, balon cateter dikembangkan dan jahitan purse string
dikencangkan. Cateter silicon kemudian difiksasi de dinding abdomen. Luka
operasi ditutup.
Reseksi anastomosis atresia esofagus
Dilakukan narkose
umum dengan intubasi endotrakeal. Pasien
diletakkan dalam posisi miring ke kiri (right latero-dorsal
thoracotomy). Desinfeksi lapangan pembedahan dengan larutan antiseptik, kemudian
ditutup dengan kain steril kecuali lapangan operasi. Dilakukan insisi 1 cm dari
puncak bawah scapula (intercostal IV) mulai dari midaxillary line sampai sudut scapula.
Otot latissimus dorsi disisihkan secara tumpul dengan retractor sehingga tampak
m. intercostalis yang kemudian dibuka secara tajam dengan electrocauter.Costa
kemudian dibuka dengan mengunakan retractor sehingga tampak pleura parietalis.
Lakukan preservasi terhadap vena azygous dan nervus vagus kanan .Kemudian
identifikasi atresia esofagus dan fistula. Fistula di potong dan diligasi
dengan meggunakan benang monofilament absorbable no. 6 secara continous
atau interrupted. Lakukan mobilisasi dari upper pouch esofagus dan
dekatkan dengan lower pouc unutk melihat kemungkina untuk dilakukan
anastomosis. Buka upper pouch dengan menggunakan gunting secara horizontal yang akan menghasilkan fish-mouth shaped
untuk dilekatkan di ke lower pouch esofagus. Lakukan anstomosis dengan benang absorbable
6.0 secara interrupted, sedangkan pada dinding posterior dapat ditambahkan 2-3
jahitan. Masukkan NGT silicon no 5F dari mulut hingga ke gaster. Lakukan
pencucian rongga thorax dengan NaCl dan dipasang drain ekstra pleura. Sebelum
rongga thorax ditutup, paru – paru harus mengembang secara sempurna.Costa
diapproksimasi dengan 2-3 jahitan pericostal.Subcutan dan kulit dijahit secara
continous.
3.
Pasca bedah
Perawatan paska operasi :
a.
Puasa
b.
Pembrian antibiotika intra vena
c.
Perawatan luka operasi thoracotomi
d.
Oral feeding dimulai bila bayi mulai menelan air liur
Komplikasi
operasi :
a.
Leakage anastomosis
b.
Pneumothorax
c.
Empyema
d.
Perdarahan
e.
Striktur esofagus
f.
Gastroesofageal refluks
N.
Algoritma
PENUNTUN BELAJAR
Nilailah kinerja
setiap langkah yang diamati menggunakan skala sebagai berikut.:
1. Perlu perbaikan: langkah tidak dikerjakan atau
tidak sesuai dengan yang seharusnya atau urutannya tidak sesuai (jika harus
berurutan)
2.
Mampu: langkah
dikerjakan sesuai dengan yang seharusnya dan urutannya (jika harus
berurutan). Pelatih hanya membimbing untuk sedikit perbaikan atau membantu
untuk kondisi di luar normal
3. Mahir: langkah dikerjakan dengan benar, sesuai urutannya dan
waktu kerja yang sangat efisien
T/D Langkah tidak diamati (penilai menganggap
langkah tertentu tidak perlu diperagakan)
|
PROSEDUR OPERASI GASTROSTOMI
KEGIATAN
|
I.
Memahami data-data preoperasi yang
diperlukan
a.
Memahami keluhan dan gejala pasien
b.
Memahami pemeriksaan fisik hipospadia
|
II.
Melakukan tindakan Gastrostomi
a.
Dilakukan narkose umum dengan intubasi endotrakeal.
b.
Pasien diletakkan dalam posisi
supine.
c.
Desinfeksi lapangan pembedahan dengan larutan antiseptik, kemudian
ditutup dengan kain steril kecuali lapangan operasi.
d.
Dilakukan insisi 1 cm dibawah processus xypoideus secara vertikal hingga
menembus peritoneum.
e.
Dilakukan identifikasi gaster.
f.
Dilakukan penjahitan secara purse string dengan benang non absorbable
pada dinding gaster, lalu dilakukan insisi ditengah purse string tersebut.
g.
Masukkan silicon Cateter no 16F
melalui perut kiri atas yang terlebih dahulu dilakukan insisi, balon cateter
dikembangkan dan jahitan purse string dikencangkan.
h.
Cateter silicon kemudian difiksasi de dinding abdomen.
i.
Luka operasi ditutup
|
III.
Penyelesaian
a.
Memberitahukan dan menjelaskan keadaanpasien kepada keluarganya
b.
Membuat laporan operasi
|
DAFTAR
TILIK PENILAIAN KINERJA
PROSEDUR OPERASI GASTROSTOMI
(diisi oleh pengajar)
Berikan penilaian tentang kinerja
psikomotorik atau keterampilan yang diperagakan oleh peserta pada saat
melaksanakan statu kegiatan atau prosedur, dengan ketentuan seperti yang
diuraikan dibawah ini:
ü: Memuaskan: Langkah atau kegiatan diperagakan
sesuai dengan prosedur atau panduan standar
Ï: Tidak memuaskan: Langkah atau kegiatan tidak dapat
ditampilkan sesuai dengan prosedur atau panduan standar
T/T: Tidak Ditampilkan: Langkah, kegiatan atau keterampilan tidak diperagakan
oleh peserta selama proses evaluasi oleh pelatih
|
PESERTA : TANGGAL
:
KEGIATAN
|
NILAI
|
||
I.
PENDAHULUAN
|
|||
1.
Memberikan penjelasan dan ijin tindakan
|
|
|
|
2.
Menetapkan indikasi operasi
|
|
|
|
3.
Memahami data data preoperasi seperti klinis
dan pemeriksaan fisik
|
|
|
|
II.
TEHNIK TINDAKAN GASTROSTOMI
|
|
|
|
4.
Melakukan tindakan a dan antisepsis pada pasien
|
|
|
|
5.
Melakukan drapping pada pasien
|
|
|
|
6.
Melakukan insisi vertical 1 cm di bawah processus xypoideus
|
|
|
|
7.
Melakukan identifikasi gaster
|
|
|
|
8.
Melakukan penjahitan purse string
|
|
|
|
9. Melakukan
insersi silicon Cateter
|
|
|
|
10. Melakukan
fiksasi silicon Cateter
|
|
|
|
11. Melakukan
penutupan luka operasi
|
|
|
|
III.
PENYELESAIAN
|
|
|
|
12. Memberitahukan dan menjelaskan
keadaanpasien kepada keluarganya
|
|
|
|
13. Membuat laporan operasi
|
|
|
|
Komentar/Ringkasan:
Rekomendasi:
Tanda tangan Pelatih _______________________________Tanggal _______________
PENUNTUN BELAJAR
Nilailah kinerja
setiap langkah yang diamati menggunakan skala sebagai berikut.:
3. Mahir: langkah dikerjakan dengan benar, sesuai urutannya dan
waktu kerja yang sangat efisien
T/D Langkah tidak diamati (penilai menganggap
langkah tertentu tidak perlu diperagakan)
|
PROSEDUR OPERASI RESEKSI ANASTOMOSIS ATRESIA ESOFAGUS
KEGIATAN
|
I.
Memahami data-data preoperasi yang
diperlukan
a.
Memahami keluhan dan gejala pasien
b.
Memahami pemeriksaan fisik hipospadia
|
II.
Melakukan tindakan Reseksi Anastomosis
Atresia Esofagus
a.
Dilakukan narkose umum dengan intubasi endotrakeal.
b.
Pasien diletakkan dalam posisi
miring ke kiri (right latero-dorsal
thoracotomy).
c.
Desinfeksi lapangan pembedahan dengan larutan antiseptik, kemudian
ditutup dengan kain steril kecuali lapangan operasi.
d.
Dilakukan insisi 1 cm dari puncak bawah scapula (intercostal IV) mulai
dari midaxillary line
sampai sudut scapula. Otot latissimus dorsi disisihkan secara tumpul dengan
retractor sehingga tampak m. intercostalis yang kemudian dibuka secara tajam
dengan electrocauter.
e.
Costa kemudian dibuka dengan mengunakan retractor sehingga
tampak pleura parietalis. Lakukan preservasi terhadap vena azygous dan
nervus vagus kanan .
f.
Kemudian identifikasi atresia esofagus dan fistula.
Fistula di potong dan diligasi dengan meggunakan benang monofilament
absorbable no. 6 secara
continous atau interrupted.
g.
Lakukan mobilisasi dari upper pouch esofagus dan dekatkan
dengan lower pouc unutk melihat kemungkina untuk dilakukan anastomosis. Buka
upper pouch dengan menggunakan gunting secara horizontal yang akan menghasilkan fish-mouth shaped
untuk dilekatkan di ke lower pouch esofagus.
h.
Lakukan anstomosis dengan benang absorbable 6.0 secara
interrupted, sedangkan pada dinding posterior dapat ditambahkan 2-3 jahitan.
Masukkan NGT silicon no 5F dari mulut hingga ke gaster.
i.
Lakukan pencucian rongga thorax dengan NaCl dan dipasang
drain ekstra pleura. Sebelum rongga thorax ditutup, paru – paru harus
mengembang secara sempurna.
j.
Costa diapproksimasi dengan 2-3 jahitan pericostal.
Subcutan dan kulit dijahit secara continous.
|
III.
Penyelesaian
c.
Memberitahukan dan menjelaskan keadaanpasien kepada keluarganya
d.
Membuat laporan operasi
|
‘
DAFTAR
TILIK PENILAIAN KINERJA
PROSEDUR OPERASI RESEKSI
ANASTOMOSIS ATRESIA ESOFAGUS
(diisi oleh pengajar)
Berikan penilaian tentang kinerja psikomotorik atau keterampilan yang
diperagakan oleh peserta pada saat melaksanakan statu kegiatan atau prosedur,
dengan ketentuan seperti yang diuraikan dibawah ini:
ü: Memuaskan: Langkah atau kegiatan diperagakan
sesuai dengan prosedur atau panduan standar
Ï: Tidak
memuaskan: Langkah atau kegiatan tidak dapat ditampilkan sesuai dengan prosedur atau
panduan standar
T/T: Tidak Ditampilkan: Langkah, kegiatan atau keterampilan
tidak diperagakan oleh peserta selama proses evaluasi oleh pelatih
|
PESERTA : TANGGAL
:
KEGIATAN
|
NILAI
|
||
I.
PENDAHULUAN
|
|||
1.
Memberikan penjelasan dan ijin tindakan
|
|
|
|
2.
Menetapkan indikasi operasi
|
|
|
|
3.
Memahami data data preoperasi seperti klinis
dan pemeriksaan fisik
|
|
|
|
II.
TEHNIK TINDAKAN RESEKSI ANASTOMOSIS ATRESIA ESOFAGUS
|
|
|
|
4.
Melakukan tindakan a dan antisepsis pada pasien
|
|
|
|
5.
Melakukan drapping pada pasien
|
|
|
|
6.
Melakukan insisi 1 cm dari puncak bawah scapula
(intercostal IV)
|
|
|
|
7.
Melakukan pembukaan rongga thorax
|
|
|
|
8.
Melakukan identifikasi atresia
dan fistula
|
|
|
|
9. Melakukan
ligasi fistula
|
|
|
|
10. Melakukan
anastomosis atresia esofagus
|
|
|
|
11. Melakukan
penutupan luka operasi
|
|
|
|
III.
PENYELESAIAN
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Komentar/Ringkasan:
Rekomendasi:
Tanda tangan Pelatih _______________________________Tanggal _______________
P.
Kata Kunci :Atresia esofagus, gastrostomi, reseksi anastomosis
1 comments:
mantabbb gan... tolong yang lain lagi duunks...
Post a Comment